Senin, 10 Januari 2011

MENANG

LUKAS 21:1-4

Di dunia ini, kita terbiasa menganggap orang yang menang adalah orang yang sukses mengalahkan orang lain. Menjadi nomor satu, itulah arti dari pemenang. Bagi seorang pengusaha, menjadi yang terkaya di dunia. Bagi seorang politikus, menjadi orang nomor satu di negaranya. Bagi seorang pelajar, menjadi juara di sekolahnya.

Namun, apakah itu juga arti kemenangan di mata Allah? Kalau kita melihat kisah tentang janda miskin dan persembahannya, kita menemukan suatu definisi yang berbeda. Janda miskin ini hanya memberikan dua peser uang. Jumlah yang menurut alkitab, sangatlah kecil nilainya. Kalah telak jika dibandingkan dengan persembahan orang-orang kaya. Tetapi, bagi Yesus, persembahan ini justru lebih berharga daripada persembahan orang-orang kaya. Menurut standar Allah, si janda miskin ini tampil sebagai pemenang. Bagi Dia, kemenangan seseorang diukur dari seberapa maksimal ia berusaha memberikan apa yang ia mampu. Bukan seberapa hebat ia dibandingkan dengan orang lain.

Tuhan tidak meminta kita untuk menjadi yang nomor satu, tetapi menjadi yang terbaik yang kita bisa. Pola pikir ini memberi ketenangan sekaligus memacu kita. Ketenangan, karena kita tidak perlu menjalani hidup dengan membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Tidak perlu takut dicap kalah bersaing. Terpacu, karena Tuhan meminta kita memberikan yang terbaik yang kita bisa. Untuk berusaha semaksimal mungkin memenuhi segala potensi kita. Untuk tidak mudah berpuas hati. Melainkan terus mendorong diri untuk maju, memakai semua bakat dan karunia yang Allah percayakan kepada kita.(RH/4/10).

Seorang pemenang yang sejati adalah seseorang yang berhasil memenuhi segala potensi yang Allah percayakan kepadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar